Metode pembayaran berkembang dari waktu ke waktu. Dari pembayaran dengan mata uang sampai kini mulai beralih melalui berbagai perangkat dan media digital. Bukan lagi berbasis kertas (paper based), tapi paperless melalui pembayaran memakai kartu ATM, kartu kredit, kartu debit, hingga pembayaran digital melalui QR Code.
Pada pembayaran digital, metode pembayaran tidak terjadi serta merta melalui smartphone. Digitalisasi terjadi terlebih dahulu terjadi melalui internet banking yang dioperasikan via komputer serta melalui mesin ATM dan EDC. Baru kemudian, belakangan pembayaran dapat terjadi hanya dengan smartphone. Uang yang digunakan tetap sama, yakni saldo di bank. Namun metodenya jadi beragam, mulai dari transfer biasa, transfer virtual account, hingga scan QR Code.Â
Momentum Pandemi Mendorong Akselarasi
Sejak terdampak pandemi Covid-19 semua kegiatan, mulai perekonomian, hingga pendidikan dialihkan secara online. Meski kini kondisi sudah mulai membaik, pandemi terbukti banyak mengubah tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Selain itu, pola perilaku pelanggan juga berubah, salah satunya transaksi yang tadinya offline menjadi online. Berubahnya pola perilaku akibat pandemi ini juga turut mengubah preferensi masyarakat dalam memilih sistem pembayaran di Indonesia. Masyarakat Indonesia jadi lebih memilih untuk bertransaksi melalui platform pembayaran digital. Kondisi ini didorong dengan pandemi, yang mengharuskan transaksi minim sentuhan.Â
Nilai transaksi pembayaran digital di Indonesia sejak 2017 hingga 2021 melonjak hingga 122,9%. Dari Rp 12,4 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp 305,4 triliun pada tahun 2021. Sebanyak Rp 35 triliun diantaranya merupakan transaksi uang elektronik. Nilai ini meningkat sebanyak 58,5% secara tahunan (year on year/yoy).Â
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa Pandemi Covid-19 dapat mempercepat terjadinya transformasi pembayaran digital di Indonesia. Sehingga transformasi ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi di Indonesia. Maka dari itu, Bank Indonesia (BI) meluncurkan blueprint sistem pembayaran Indonesia 2025 pada tahun 2019 guna mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia, dari perbankan digital, fintech hingga e-commerce.
Santoso Liem, Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Santoso, sepenuhnya mendukung inisiatif Bank Indonesia (BI) dalam mengakselerasi transformasi sistem pembayaran digital. Namun, mengintegrasikan sistem yang dimiliki oleh para pelaku bisnis supaya mengikuti satu standar dalam suatu bisnis merupakan sebuah tantangan yang besar. Maka dari itu diharapkan adanya kolaborasi antara bank dan FinTech untuk mendukung pelaku bisnis dalam mengembangkan bisnisnya.
Pada Mei 2019, Bank Indonesia (BI) menerbitkan visi tentang sistem pembayaran Indonesia 2025 yang disebut dengan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. BI bahkan telah meluncurkan BSPI 2025, 10 bulan sebelum adanya pandemi.
Masa Depan Sistem Pembayaran
Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025 merupakan panduan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) di bidang sistem pembayaran pada era digital dalam rangka mendukung pembentukan ekosistem ekonomi dan keuangan digital yang kondusif. Perwujudan visi BSPI 2025 diimplementasikan melalui lima inisiatif visi BSPI 2025 yaitu: Open banking, sistem pembayaran ritel, Infrastruktur pasar keuangan, data, serta pengaturan, serizinan, dan Pengawasan.
ASPI juga ikut berkontribusi dalam pembentukan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025. Sebagian besar dalam 3 inisiatif strategi yang sedang berlangsung, seperti pembayaran terbuka, sistem pembayaran ritel dan reformasi peraturan. Sementara itu, untuk sistem pembayaran ritel, ada dua inisiatif utama dalam mendorong transaksi digital di Indonesia. Pertama melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dan kedua adalah BI-Fast.
Baca Juga: Pertumbuhan Penggunaan QRIS di Indonesia
QRIS berhasil dilaksanakan melalui sinergi dan kolaborasi dengan para pelaku industri dan seluruh pemangku kepentingan pada ekosistem pembayaran. Sehingga QRIS dapat mendukung pemulihan ekonomi di Indonesia, khususnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam meningkatkan ketahanannya selama pandemi.Â
Sementara BI Fast Payment atau BI-Fast merupakan infrastruktur dengan karakteristik sistem pembayaran negara maju, yang mana memiliki karakteristik fast payment yang dapat disejajarkan dengan infrastruktur dari negara maju lainnya. BI-Fast akan mempercepat digitalisasi ekonomi keuangan nasional, mengintegrasikan ekosistem industri sistem pembayaran secara end-to-end dari perbankan digital, fintech, e-commerce, dan pelanggan, sehingga dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional menjadi lebih cepat.
Untuk dapat berkontribusi dalam akselerasi transformasi pembayaran digital di Indonesia, sebagai pelaku bisnis, diperlukan adanya sistem pengelola pembayaran digital yang terintegrasi pada bisnis Anda. Sehingga dapat memudahkan Anda serta pelanggan Anda dalam checkout pembayaran. Durianpay mampu menawarkan solusi pembayaran lengkap dalam satu platform untuk bisnis Anda. Durianpay berkomitmen untuk memodernisasi dan mendemokratisasi pembayaran untuk bisnis di seluruh Indonesia dengan membuatnya menjadi lebih murah, lebih cepat, dan lancar.